Cari Disini

Sabtu, 29 September 2012

Kakiku Yang Kaku

Aku dan Sang Gunung, nasib kita ibarat sepasang kekasih yang lagi break. Aku sekarang cuma bisa lihat dia dari jauh. Dia juga cuma bisa menatap aku dari jauh. Kalo ketemu, wua.....h, apapun bisa terjadi.
Yup, sembilan tahun sudah kita berpisah. Aku tinggalkan Sang Gunung demi seorang kekasih baru. Cuih...cuih.  Maafkan aku.... Tapi, kalo Sang Gunung tahu tujuanku meninggalkannya, ia pasti tersenyum. Aku ingin mewujudkan rumah tangga yang sakinah. Bukan, aku bukan selingkuh, karena suatu saat aku dan orang-orang yang kucintai akan kembali untuk mencintai Sang Gunung.

Memang sejak menikah sembilan tahun yang lalu, aku memutuskan untuk sementara menghentikan semua kegemaranku untuk bertualang. Padahal pada saat itu, aku sedang 'jatuh cinta' bener dengan alam. Ga' bisa lihat tanggal merah, kalo ga' mudik, bawaannya ya kemping, cari udara segar di ketinggian. Rasanya masih kebayang sampe sekarang. Mak Nyooos...

Aku mulai konsentrasi dengan impian baru. Punya rumah tangga yang harmonis, punya anak-anak yang sholeh, punya rumah yang teduh dan nyaman segalanya, punya bla..bla..bla.. Pokoknya banyak deh kemauannya. Kalo ada tanggal merah, kegiatannya menghabiskan waktu dengan Jagoanku Zaki. Bukan kasak kusuk lagi nyari temen buat kemping. Ya, perubahannya hampir 180 derajat. Jarang sekali ada acara jalan-jalan jauh seperti dulu. Sampai-sampai, aku merasa kakiku sudah kaku kalo berhadapan dengan Sang Gunung. Kakiku tidak segagah dulu.

Sekarang, Zaki-ku sudah 7  tahun. Dia sudah besar. Aku ingin mengenalkan alam dan Sang Gunung kepadanya. Supaya dia mencintai alam sejak dini. Ga' seperti ibunya, yang terlambat mencintai Sang Gunung.

Edited from weenzaki.multiply.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar