Cari Disini

Selasa, 11 Agustus 2015

Sepanjang Jalan Kereta........



Ibu, nanti ibu dipecat yah dari pekerjaannya!!

Itulah sepenggal kalimat ancaman yang dilontarkan Zaki jika sedang kesal karena ketinggalan KRL Citayam Nambo. Kalau sudah begini, ibunya hanya bisa diam dan berharap Zaki bisa mengalihkan percakapannya ke obyek kereta yang lain.

Zaki, anakku 10 tahun. Cita-citanya sungguh mulia, menjadi masinis, supirnya ular besi yang bisa mengangkut ribuan orang dalam sekali perjalanan. Keinginannya menjadi masinis membawanya bertekad untuk bisa melanjutkan sekolah perkeretaapian, gak tanggung-tanggung ia ingin sekolah di Madiun dan kuliah di Jepang atau di Belgia. Kecintaannya kepada kereta api berawal dari perkenalannya dengan KRL di kelas TK dan berlanjut dengan hobi ibunya ngajak jalan-jalan yang salah satunya dengan naik KRL. Kecintaanya makin bertambah setelah mendapat reward atas perilakunya yang baik berupa majalah KA setiap bulan. Setiap bulan tanggal 10 dia pasti mengingatkan ibu atau bapanya untuk membeli majalah KA.

Zaki 7 tahun hobinya jalan-jalan sepanjang gerbong. Dari gerbong 1 sampai gerbong 8 disikat habis, kadang-kadang 1 rit alias bolak balik.  Sebagai ibu yang baik, aku ikuti kemanapun kaki Zaki melangkah. Gak peduli dengan tatapan penumpang yang lain, yang mungkin bertanya-tanya dalam hati, knapa ibu anak ini bolak balik aja kayak setrikaan. Hehe.... Pada usia itu, memang Zaki lagi senang-senangnya bergerak, jalan kesana kemari ga ada capenya. Gak kenal kata low batt. Dan....waktu pun bergerak cepat. Zaki 10 tahun sudah tidak jalan sepanjang rangkaian kereta. Zaki sudah menikmati perjalanan KRL dengan lebih  tenang, hanya tetap aja ciri khasnya ada, yaitu dia gak mau duduk di kursi. Dia menikmati perjalanan dengan cara berdiri menatap pemandangan dari pintu otomatis. Zakiku emang unik. Hehhee....

Sekarang, hampir tiap minggu Zaki bertanya, apa yang akan dilakukan hari Sabtu atau Minggu. Kalo aku bilang “di rumah aja”, dia akan bilang “ah, ibu mah jahaaat” dengan logat manja. Sebenarnya aku udah tahu, dia pasti berharap dapat bonus jalan-jalan naik kereta api atau KRL. Dan aku pun nggak pelit untuk menyisakan waktu untuk buah hatiku itu setiap akhir pekan. Its quality time for us. Jadi kalo kita nggak suka ajak-ajak yang lain, maap-maap yah......

Cerita ini adalah tentang perjalanan Zaki mengeksplor stasiun-stasiun di  luar jabodetabek. Belum  begitu banyak sih karena waktunya juga hanya Sabtu Minggu, jadi kita cari kereta yang dekat-dekat aja. 

        1.   Stasiun Cianjur
       
       Perjalanan ke Cianjur kali ini menggunakan kereta api relasi Bogor – Sukabumi – Cianjur. Berangkat dari Stasiun Bogor Paledang pukul 07.55 pagi. Untuk bisa naik kereta api jurusan Cianjur ini kita tidak bisa beli tiket mendadak jika berangkat di hari Sabtu dan Minggu. Di depan tiket pasti ditolak mentah-mentah karena sehari sebelumnya tiket sudah terjual habis. Memang peminatnya banyak mengingat jika perjalanan ditempuh dengan mobil saja bisa memakan waktu 4-5 jam dengan macet-macetnya. Tapi jika ditempuh dengan kereta api hanya memakan waktu 2 jam untuk sampai ke Sukabumi dan 3 jam lebih untuk sampai ke Cianjur. Makanya tidak heran, pada hari H tiket selalu habis terjual.

           Kereta api yang melintasi jalur ini adalah KA Pangrango dan KA Siliwangi. Dalam satu rangkaian ada kelas Bisnis dan Kelas Ekonomi. Waktu itu, dengan harga Rp 20.000,- kita sudah bisa naik di kelas ekonomi menuju Sukabumi. Sedangkan kelas ekonomi menuju Cianjur ditarif Rp40.000,- Sebenarnya Sukabumi-Cianjur kan ga terlalu jauh yah, tapi kenapa tarifnya disamakan? Jadi kesannya ke Cianjur  itu lebih eksklusif. Bisa jadi sih alasannya karena peminat jurusan Cianjur sangat sedikit, sedangkan biaya perjalanan juga memakan biaya yang tidak sedikit, makanya ditentukan tarif yang lumayan mahal. Memang kalo sudah sampai di Stasiun Sukabumi, jumlah penumpang  menurun drastis. Bisa-bisa satu gerbong hanya diisi oleh satu orang saja, pokoknya serasa kereta carteran deh.  Oya, denger-denger seiring dengan kenaikan tarif Commuter Line, tarif kereta api jurusan ini ikut naik juga dari Rp20.000,- menjadi Rp35.000,-


Jalur Bogor-Cianjur didominasi oleh pemandangan yang indah. Hutan, gunung, sawah, dan ada terowongan Lampegan yang kabarnya merupakan terowongan tertua di Indonesia dan memiliki panjang 686 m. Suatu hari, Zaki dan Ibu pengen berhenti di Stasiun Lampegan, hanya ingin berfoto di depan terowongan tua itu. Hehehe.... Kalo temans mau melewati terowongan ini, harus punya tiket sampai Cianjur yah....soalnya lokasinya berada di jalur Sukabumi-Cianjur.

Perjalanan berakhir di Stasiun Cianjur. Kami tiba di Cianjur pukul 11.40 WIB. Karena tidak ada tujuan lain, Zaki dan Ibu sudah membeli tiket balik sejak di Bogor tadi. Kami harus menunggu dua jam sebelum kereta berangkat lagi. Masih cukup waktu untuk sholat dan nyari makan siang. Jam 13.50 WIB kita capcus lagi ke Bogor melewati pemandangan yang sama dan menyenangkan.



Jadwal kereta ini bisa dilihat di http://keretaapikita.com/jadwal-kereta-api-pangrango-dan-siliwangi/


      2.  Stasiun Purwakarta

         Kereta api yang melayani relasi Jakarta-Purwakarta disebut KA Lokal. Dengan hanya ada kelas ekonomi, KA Lokal ini termasuk yang paling murah untuk perjalanan jarak jauh. Gimana nggak murah, dari Stasiun Jakarta Kota menuju Stasiun Purwakarta cukup merogoh kocek Rp6.000,- saja. Murah bingits.... Ketika tarif kereta yang lain mengalami kenaikan, KA Lokal istiqomah dengan tarif enam rebunya. Hm....Zaki dan Ibu ga sabar pengen menjajal KA Lokal ini. Pengen lihat tumpukan kereta bekas di Stasiun Purwakarta.
KA Lokal menuju Purwakarta hanya tersedia di Stasiun Jakarta Kota. Waktu itu kita ambil jadwal keberangkatan pukul 10.15 pagi. Antrian di loket tidak terlalu panjang. Tinggal menyebutkan jumlah penumpang, bayar, tiket sudah di tangan, gak perlu menyertakan KTP lagi. Mudah banget deh.
        Kereta sudah datang.... Zaki dan Ibu naik gerbong. Duduk di KA Lokal tidak ditentukan, bebas mau duduk dimana aja. Ceritanya kita pengen di gerbong paling belakang supaya bisa melihat pemandangan keseluruhan. Tapi ternyata, gerbong belakang diisi gerbong yang ada mesinnya, udah berisik, ga ada pemandangan lagi. hihihi....tapi biarpun berisik, Zaki betah lho di gerbong ini. Berkali-kali kuajak pindah, tetep gak mau.  KA Lokal ini tidak senyaman kereta ekonomi yang lain. AC ada, tapi puanasnya...minta ampun. Setara dengan harga tiketnya yang murah, mungkin AC di KA Lokal ini tidak dipernah ditambah freon. Mandi keringat....nikmati sajalah....
         Tiba di Stasiun Purwakarta pukul 12.43 WIB. Dan seperti biasa, tiket pulang sudah siap. Turun dari kereta, kita cepet-cepet ambil spot untuk ambil gambar. Terpesona dengan tumpukan gerbong-gerbong yang ditumpuk sampai tiga tingkat, spot yang bagus untuk berfoto. Tapi lagi asik-asik foto, ditegur oleh satpam....katanya ga boleh ambil foto disini. Lho, kenapa? Harus ijin pimpinan dulu katanya. Hm....peraturan yang aneh. Beberapa anak muda yang berfoto juga ditegur sama satpam. Pak satpam pun dengan sabar meladeni pertanyaan kita yang terheran-heran dengan peraturan yang lain dari yang lain ini. Okedeh...akhirnya kita keluar untuk mencari makan siang. Untungnya diluar stasiun masih bisa foto, tuh di bawah patungnya Gatotkaca. Hehehe....
Kereta akan berangkat lagi menuju Jakarta Kota pukul 13.40 WIB.  Dan kita pun pulang berpanas-panasan lagi.  Aku kecewa karena ga bisa berfoto di tumpukan gerbong. Tapi Zaki tidak pernah ada kata kecewa, yang penting pernah naik KA Lokal dia sudah hepi. Eh, tapi setelah kereta jalan lagi, aku sempet mencuri ambil gambar dari dalam kereta. Klik, dapet foto gerbong rusaknya......yesss.... Setelah itu, aku ditegur oleh Zaki. Katanya, Ibu, kan gak boleh moto kereta  gerbong  rusak itu, kata Pak Satpam. Ibu Zaki pun nyengir.....



          3.   Stasiun Tugu Yogyakarta

Berkunjung ke Stasiun Tugu Yogyakarta ini adalah inisiatif Zaki, dimana di salah satu edisi Majalah KA, ada pintu perlintasan yang digeser otomatis. Zaki penasaran, ceritanya.  Nah, kebetulan sekali lebaran 2015 kemarin kita mudik ke Klaten. Ibu Zaki yang ikut penasaran punya rencana seru, yaitu jalan-jalan ke Yogya naik KA Lokal Prameks dari Stasiun Klaten sampai Stasiun Tugu Yogyakarta. Di hari Minggu kita berangkat. Ternyata KA Lokal Prameks ini juga murah bingits lho, Cuma Rp8.000,- aja, melayani relasi Stasiun Solo Balapan-Yogyakarta.  Peminatnya juga banyak, apalagi kalo musim liburan begini. Saking ramenya, kita harus nunggu tiga jam untuk naik KA Lokal Prameks berikutnya.
            KA Lokal Prameks hanya terdiri dari empat gerbong saja. Didalamnya seperti Commuter Line, banyak penumpang yang berdiri, tapi ga terlalu berdesak-desakan dan masih bisa bernafas lega dan duduk di lantai. Jadwalnya juga banyak,  setengah jam sekali.  Jarak tempuh dari Stasiun Klaten ke Stasiun Yogyakarta hanya perlu waktu setengah jam saja, cepet banget kan. Akhirnya kita turun di Stasiun Tugu Yogakarta. Kondisi Stasiun Tugu rame banget. Lokasinya strategis dan dekat dengan Jl. Malioboro, tempat tujuan wisata utama Yogyakarta. Rasanya belum ke Yogya kalo nggak mampir di Malioboro.
  
          Zaki sudah ga sabar pengen lihat pintu geser otomatis. Kalo Ibu udah ga sabar pengen shopping dan  makan di Malioboro. Dari pintu keluar stasiun, kita bisa berjalan kaki selama 10 menit menuju pintu geser otomatis. Letaknya persis di seberang ujung jalan Malioboro. Zaki kelihatan senang dan bersemangat. Dia langsung mengabadikan momen gesernya dan datangnya kereta api. Ibu yang dari tadi sudah pengen makan dan jalan-jalan nggak dihiraukan oleh Zaki. Keinginan Zaki semula yang pengen menikmati nasi angkringan asli di Yogya juga terlupakan. Dia lebih memilih ngetem di pintu geser.
         Liburan ke Yogya akhirnya hanya sampai di pintu geser dan beberapa blok toko di Malioboro saja. Ketika akan pulang lagi ke Klaten, kita harus ngantri dari jam 5 sore untuk mendapatkan tiket jam 8.30 malam.  Ibu lupa, harusnya begitu turun langsung beli tiket pulang. Dan…setelah ngantri lama, tiket juga kehabisan. Huuuuuu….ratusan calon penumpang kecewa. Untungnya, Yogya-Klaten masih bisa ditempuh dengan bis. Bis Trans Yogya yang melewati Jl. Malioboro ternyata ada rute Candi Prambanan. Yowislah…. Kita akhirnya naik Trans Yogya. Murah bingittttsss, tiketnya Cuma Rp3.500,- aja, ngantrinya cuma sebentar. Di Prambanan, Bapake sudah menunggu.


 Untuk melihat jadwal KA Lokal, silakan lihat di http://keretaapikita.com/jadwal-ka-prameks/

Oke Temans.....sampai disini dulu yah cerita jalan-jalannya.....next time disambung lagi dengan stasiun yang lain....



3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. :) Maaf yah Zaki....menurut Zaki seharusnya kata "mencuri" itu tidak ada yah?

      Hapus